Jumat, 04 Juni 2010

Graffiti indonesia (sebuah kritik untuk mengembalikan jati diri bangsa)

Jumat, 04 Juni 2010
.

Penulis menyimpan sejenis perasaan tertentu ketika melihat goresan-goresan aerosol di tembok-tembok kota. Terkadang penulis bisa tersenyum bahagia dan terkadang bisa menjadi sangat muram dan sedih. Yang membuat penulis tersenyum ialah apabila goresan aerosol tersebut menyampaikan pesan-pesan perlawanan. Dan yang membuat jengkel sekaligus sedih adalah apabila goresan aerosol hanya sekedar menampilan kerumitan teknis tingkat tinggi tanpa adanya pesan perlawanan.

.

Tulisan di bawah ini ditujukan untuk membuka mata kita semua bahwa sebenarnya kelahiran graffiti di Indonesia menyimpan sejarah yang tidak bisa disepelekan dalam fase-fase awal lahirnya negara Indonesia. Sekali lagi: gerakan graffiti lahir pada fase-fase awal lahinya negara kita, Republik Indonesia. Penulis ingin menunjukkan bahwa political-graffiti di Indonesia itu sama tuanya dengan usia Republik Indonesia ini. Kemudian, penulis ingin mengajak para bomber atau sebut saja pekerja graffiti (untuk lebih meluaskan cakupan media graffiti: mulai tubuh, tembok, kaos, komik, dll) agar membumikan gagasan-gagasannya dalam keberpihakan terhadap rakyat.

.

Sadarlah !

.

Pada awalnya adalah kata-kata. Indonesia, sebagai sebuah negara, diawali dengan kata-kata. Pada pagi hari, 17 Agustus 1945, Soekarno membacakan kata-kata puitis yang telah lama terpendam dalam sanubari rakyat Indonesia, yaitu proklamasi kemerdekaan. Isinya seperti ini: “PROKLAMASI/Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia/Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselengggrakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya/Jakarta, 17 Agustus 1945/Atas nama bangsa Indonesia/Sukarno Hatta”.

.

Pekik “merdeka” kemudian mengangkasa, teriakan-teriakan massa-rakyat membahana kemana-mana. Dan tak lama kemudian kata-kata dalam teks proklamasi itu dikumandangkan ke seluruh penjuru nusantara melalui radio yang disabotase oleh pemuda-pemuda radikal, Adam Malik dkk. Sejak itu, rakyat Indonesia pun meyakini bahwa mereka telah merdeka dari belenggu penjajahan selama ratusan ratusan tahun (350 tahun di bawah imperialisme Belanda dan 3,5 tahun di bawah pendudukan fasisme Jepang).

.

Namun, perlawanan tidak berhenti di situ. Sejarah mencatat, bahwa periode tahun 1945 adalah momen lahirnya gerakan graffiti-politis (political graffiti movement) di Indonesia. Yang dimaksud lahirnya graffiti-politis adalah lahirnya graffiti menjadi suatu alat perlawanan, dengan tujuan untuk mengubah keadaan. Dan bangkitnya gerakan graffiti-politis di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran seorang pengembara-revolusioner bernama Tan Malaka.

.

Tan Malaka ini adalah mestro revolusi Indonesia, bahkan dunia. Sekedar catatan, sebenarnya ia didaulat untuk membacakan teks proklamasi. Yang memintanya ialah barisan gerakan bawah tanah anti-fasisme Jepang yang dipimpin tokoh muda Sutan Syahrir.

.

Golongan Syahrir ini menilai Soekarno dan Hatta terlalu dekat dengan Jepang. Sementara itu para pemuda radikal menanggap bahwa Tan Malaka tidak memiliki cacat dalam era pemerintahan Hindia-Belanda maupun era pendudukan fasisme Jepang. Tapi Tan Malaka menolaknya, karena ia tahu bahwa Soekarno dan Hatta dikenal dengan sangat baik oleh rakyat Indonesia. Popularitas kedua pemimpin itu dinilai akan semakin meluaskan pesan-pesan kemerdekaan.

.

Kelahiran ini bisa ditelusuri pada periode awal bulan September 1945. Ketika itu, Tan Malaka ditanya oleh Mr. Subardjo, apakah pekerjaan yang sekiranya baik dilakukan di masa-masa itu. Tan Malaka pun memberikan semboyan-semboyan untuk dipropagandakan kepada seluruh rakyat Indonesia.

.

Kepada Mr. Subardjo, Tan Malaka mengusulkan dipropagandakannya semboyan-semboyan provokatif. Semboyan tersebut macam-macam bunyinya: “The Government of the People, for the People and by the People”, “Indonesia for Indonesians“, “Hands off Indonesia“, dan lain-lain. Hanya berselang beberapa hari, semboyan-semboyan Tan Malaka itu sudah tergores di tembok-tembok, bangunan-bangunan resmi, trem, dan kereta api di Jakarta.

.

Para pemuda pun juga turut menambahkan macam-macam semboyan untuk dipropagandakan. Segera kota-kota besar lainnya mengikuti. Kereta api membawa dan memperlihatkan semboyan itu ke seluruh pulau Jawa dari ujung ke ujung. Jadi, graffiti yang dituliskan pemuda-pemuda di kota-kota tersebut telah turut membawa perubahan revolusioner di negara ini. Ini menunjukkan graffiti-sebagai alat perlawanan-mengandung kekuatan revolusioner tersembunyi.

.

Apa maksud dan tujuan Tan Malaka? Ia menuliskan begini: dengan maksud membelah membelah dua yang pro dan yang anti Republik, memisahkan beras dan antah, maka tercapailah wujudnya semboyan tadi. Apabila Belanda kolonial mulai mencengkramkan kembali kuku kekuasaannya di mana saja di Indonesia ini, maka semboyan itulah yang pertama kali dihapuskannya“ (dikutip dari Tan Malaka. Dari Penjara Ke Penjara Bagian III. Penerbit Teplok Press. 2000. hlm 162).

.

Semboyan-semboyan itu ternyata berfungsi untuk menarik garis demarkasi revolusi antara kaum revolusioner di satu sisi dengan kaum reaksioner di sisi lain. Dan fungsi lainnya, graffiti tersebut menjadi semacam sinyal bahwa apabila kaum imperialis mendapatkan kekuasaan kolonialnya kembali di bumi nusantara, maka ia pasti menghapusnya pertama kali.

.

Artinya, apabila graffiti sudah dihapuskan, maka itulah penanda penjajahan kolonial hidup lagi. Tujuannya ialah untuk menimbulkan perhatian, serta membangkitkan semangat rakyat/pemuda dan bangsa asing yang bersimpati. Dan disisi lain, untuk membangkitkan amarah, kebencian, dan ketakutan mereka yang tidak setuju dengan Republik Indonesia. Sudah jelas bukan ? Sisi historis bangkitnya gerakan graffiti-politis di Republik Indonesia ini harus disadari mengingat seorang manusia adalah makhluk sejarah. Kesadaran historis inilah yang membedakan manusia dengan makhluk pra-sejarah.

.

Membumi !

.

Begitulah, ternyata perjuangan periode 1945 menyimpan kekayaan tersendiri mengenai bangkitnya gerakan graffiti-politis. Hal ini untuk membantah adanya pandangan bahwa seni graffiti ini dicaplok mentah-mentah dari kultur Barat. Tidak, pandangan itu keliru. Gerakan graffiti-politis di Indonesia sama tuanya dengan usia republik ini. Hanya berselang beberapa hari saja. Republik Indonesia lahir pada 14 Agustus 1945 dan gerakan graffiti lahir pada periode awal bulan September 1945 (tanggal tak jelas). Dan gerakan graffiti-politis ini mempunyai kekhasan sendiri yang baik untuk dilanjutkan hingga saat ini. Semboyan-semboyan era 45 adalah wujud kebutuhan batin rakyat. Semboyan tersebut membumi. Dan semboyan-semboyan tersebut masih relevan.

.

Rakyat Indonesia masih membutuhkan pemerintahan rakyat yang sejati: dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat Indonesia juga menyaksikan bagaimana kekayaan bumi ini disedot oleh orang-orang asing yang tamak, sementara sisanya hanya kerusakan lingkungan. Kita masih dibawah cengkraman tangan pemilik modal dan kekuatan politik asing. Namun, penulis ingin mengusulkan bahwa sebaiknya digunakan saja semboyan REVOLUSI TOTAL secara meluas.

.

Hal ini untuk menegaskan bahwa yang dibutuhkan oleh republik kita ini adalah suatu revolusi yang menyeluruh di segala bidang: utamanya pendidikan dan kesehatan. Tapi ingat, para penggerak-graffiti janganlah terjebak kepada kepentingan politik kekuasaan belaka. Revolusi total tidak hanya berlaku sempit seperti otak para politikus yang sempit. Penggerak-graffiti sebagai pekerja seni haruslah membuang jauh-jauh politik kekuasaan di otaknya. Buang jauh-jauh !

.

Mengapa revolusi total harus dimulai dari pendidikan dan kesehatan?

.

Karena keduanya adalah sektor yang sering memiskinkan rakyat secara drastis. Begitu musim tahun ajaran baru, para orangtua harus merogoh kocek yang luar biasa besar untuk menyekolahkan anak-anaknya. Tidak jarang, orangtua terpaksa utang ke tetangga untuk membayar uang kuliah misalnya. Sementara itu, adanya musibah penyakit bisa membuat keuangan rumah tangga ambruk dan bangkrut. Sudah saatnya para pekerja-graffiti berpihak pada rakyat yang selama ini terlupakan .

.

Mengapa graffiti-politis di Indonesia tidak tergerak juga untuk mengangkat masalah pendidikan dan kesehatan ini?

.

Mungkin karena kurang mengerti mendesaknya sebuah perlawanan saat ini. Penulis akan menunjukkan bahwa keduanya adalah jalan untuk meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh. Baiklah, penulis akan menguraikan apa hubungan pekerja-graffiti jalanan dengan kedua sektor ini. Penulis ingin menunjukkan bahwa hubungannya ternyata sangat potensial.

.

Gratiskan pendidikan dan ubah sistem pendidikan salah kaprah mulai dari akar-akarnya

.

Pendidikan harus gratis dan sistem pendidikan juga harus di-revolusi total. Mulai Taman Kanak-kanak (TK), sekolah wajib, hingga kampus harus demokratis. Demokratis mencakup: kurikulum partisipatif (siswa/mahasiswa merumuskan sendiri metodologi pembelajaran atau perkuliahan yang akan ditempuhnya, termasuk tugas-tugas juga dirumuskan sendiri oleh siswa/mahasiswa), anti-fasisme (tidak ada sistem absensi, dalam arti siswa/mahasiswa dibebaskan untuk mengikuti pembelajaran atau perkuliahan sesuai dengan metodologi yang sudah dirumuskannya), anti standardisasi-sentralistik (jangan jadikan ujian hanya untuk menentukan kelulusan dan menjadi satu-satunya parameter keberhasilan).

.

Mungkin terkesan muluk-muluk dan utopis. Tapi tidak ! Sudah ada sekolah yang menerapkan model pendidikan demokratis di planet bumi tercinta kita. Menurut The Alternatif Education Resource Organization (AERO) Mei 2006, sudah ada 175 sekolah yang digolongkan sebagai sekolah demokratis. Salah satu contoh sekolah demokratis adalah Summerhill. Di Summerhill, belajar adalah pilihan.

.

Siswa dapat mengikuti atau tidak sama sekali untuk bertahun-tahun jika mereka mau. Memang ada jadwal, tetapi hanya berlaku untuk guru saja. Metodologi pembelajaran tidak ada, karena menurut mereka metode belajar bukanlah hal yang penting. Siswa, jika mau dan kuat, dapat bermain sepanjang hari. Rapat sekolah dibuat konsensus atau kesepakatan bersama. Dalam rapat, semua siswa dan staf punya hak suara yang sama. Siswa dibiasakan berorganisasi dan dididik menerima kekalahan dalam proses demokratis. Siswa dididik untuk mengatur diri sendiri dalam komunitas yang demokratis. (Jose Marwan, Sekolah Demokrasi, dimuat dalam KOMPAS Jumat 23 Juni 2006). Nah, alangkah pekerja graffiti sungguh mulia apabila turut dalam gerakan memperjuangkan revolusi total untuk mewujudkan demokrasi pendidikan seperti itu.

.

Gratiskan pelayanan kesehatan, dekonstruksi sistem birokrasi yang terkesan berbelit-belit mulai dari akar-akarnya.

.

Pelayanan kesehatan harus gratis dan tidak birokratis. Mulai puskesmas hingga rumah sakit umum di seluruh negeri ini harus gratis. Dan harga obat-obat harus disubsidi oleh anggaran belanja negara. Titik. Dan ingat, jangan ada administrasi yang rumit untuk pelayanan medis ini. Kasihan rakyat yang sudah jatuh malah tertimpa tangga dengan birokrasi yang bertele-tele. Ini penting untuk diwujudkan. Riset medis juga harus disubsidi oleh pemerintah. Indonesia saat ini telah dikuasasi oleh jaringan kapitalisme-medis. Obat-obat dari luar negeri membanjiri negeri ini dan mahal luar biasa. Dan akibatnya, pasien yang jadi korban. Dokter-dokter pun banyak yang tega untuk berbisnis dengan jaringan kapitalisme-medis ini.

.

Oh ya, satu hal lagi. Pemerintah harus mensubsidi pendidikan kedokteran. Mengapa? Karena sudah menjadi keresahan banyak orang bahwa pendidikan kedokteran itu muaaahhaaal, dan menghambat lapisan masyarakat miskin untuk menyekolahkan anak-anaknya yang pintar. Para pekerja graffiti harus membantu untuk mewujudkan revolusi total di bidang kesehatan ini.

.

Kedua bidang tersebut adalah kebutuhan yang menentukan kesejahteraan rakyat Indonesia. Apabila pendidikan dan kesehatan sudah di-revolusi total, maka sesungguhnya revolusi kebudayaan sudah terjadi di negeri ini. Bukankah bangsa yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dan kesehatan rakyatnya adalah bangsa yang memiliki kebudayaan agung ?

.

Dan coba lihat bangsa Indonesia saat ini ! Bangsa ini tidak memiliki kebudayaan agung itu. Pendidikan rakyat malah dijadikan kepentingan politik. Janji-janji perubahan pelayanan kesehatan Cuma manis di bibir politikus korup belaka. Maka sesungguhnya, revolusi yang sebenarnya bergantung pada anak-anak muda. Anak-anak muda yang akan memimpin lajunya revolusi total di Indonesia.

.

.

Bergerak !

.

Yeah..! Ini saatnya pekerja graffiti bergerak ! Tapi bergerak dimana ? Ya dimana?

.

Karena di awal tulisan ini tadi menyinggung tentang goresan aerosol tembok, maka seruan ini lebih menitikberatkan pada gerakan mencoreti tembok-tembok dengan REVOLUSI TOTAL.

.

Tapi, tembok-tembok dimana?

.

Ya, penulis ingin mengusulkan bahwa karena revolusi total adalah menitikberatkan pada pendidikan dan kesehatan, maka sebaiknya sentra-sentra pendidikan dan kesehatan adalah target utama. Itulah sebabnya mengapa tadi penulis menyebutkan ada hubungan potensial disini. Sentra-sentra pendidikan dan kesehatan dapat menjadi media graffiti. Tujuannya: menempatkan pesan pada tempatnya. Yup ! Untuk bidang pendidikan : Sekolah, kampus, kantor-kantor pemerintah bidang pendidikan, dll. Untuk bidang kesehatan: kampus-kampus kedokteran, kantor-kantor pemerintah bidang kesehatan, apotik-apotik, tempat-tempat praktek dokter, dll. Tunggu apalagi? Semprotkan dan goreskan aerosol dari kaleng pyloxmu ! Goreskan: REVOLUSI TOTAL.

.

Sudah cukup lama rakyat di negara ini dijajah oleh pemerintahnya sendiri yang berselingkuh dengan pemilik modal raksasa dan pemerintah asing. Kasihan rakyat kita. Mari bergerak untuk rakyat, untuk masa depan kita juga. REVOLUSI TOTAL dapat terwujud apabila gerakan ini menjadi massif. Kabarkan kepada teman-temanmu. Ajak teman-temanmu. Setiap hati adalah sel revolusioner. Tugas kita hanya mengetuknya. Bergeraklah bersama teman-temanmu. Rumuskan sendiri gerakanmu. Walaupun terkesan sporadis, kita sebenarnya satu tujuan. Demi perubahan yang cepat dan radikal di bidang pendidikan dan kesehatan: REVOLUSI TOTAL !.

.

Akhir kata, sungguh beruntung dan luar biasa bila ada segelintir oknum pemerintahan yang membaca artikel ini. Dan mulai memahaminya dengan seksama, untuk melanjutkan Revolusi Indonesia yang telah bergeser arah, dan sudah setengah abad lebih tertunda. Maka para BOMBER tak perlu lagi kelelahan dikejar-kejar oleh aparatus ideologis negara. Karena sebenarnya tujuan mereka adalah mulia. Demi me-massif-kan isu mengembalikan jati diri bangsa, salah satunya dengan REVOLUSI TOTAL dan menyeluruh di sektor pendidikan dan kesehatan, di negara Indonesia kita tercinta ini, bukan?

.

Salam OTAKU.

.

NB : demi meluaskan isu : REVOLUSI TOTAL , maka artikel ini iseng juga dipostingkan, untuk ikut serta dalam meramaikan kontes SEO yang telah diadakan oleh BeritaJitu.com dengan tema “Mengembalikan Jati Diri Bangsa”.

.

inspired by: Mariyuana

GERILYAWAN KOTA

12.25. WIB/ 26 Juni 2006.

Surabaya-Jawa Timur

Indonesia

Dikutip dari:http://strez.wordpress.com/2009/09/29/graffiti-indonesia-1945-sebuah-kritik-untuk-mengembalikan-jati-diri-bangsa/

Graffiti sebenarnya gambar yang dibuat dengan paduan warna yang dapat membuat suatu campuran warna yg indah dan dapat menjadi nyata bilah kitah melihat dari sisi yang berbedah.

tapi graffiti itu juga memilikih kerumitan sertah keselarasan warna pada tiap tiap campuran warna yang akan menjadi suatu warna yg indah.

jangan salah dugah kalok ini nyata karnah ini cumalah sebuah gambar(coretan warna).yang selaras menjadi gambar 3d yg keren abizz.

0 komentar:

Posting Komentar